admin, Author at Kencomm

Industri Kreatif Ternyata Bisa Jadi Ladang Investasi Loh

By | Aidil Akbar Madjid | No Comments

Jakarta – Banyak industri terdampak akibat pandemi COVID-19, salah satunya adalah industri kreatif

Konser musik tidak bisa digelar dan bioskop ditutup membuat pekerja di bidang tersebut terdampak. Namun seperti yang lainnya, mereka itu tetap harus menjalani hidup sehari-hari.

Cara untuk bertahan tentu dengan investasi. Di industri kreatif rupanya kita juga bisa berinvestasi.

Hal itu disampaikan perencana keuangan Aidil Akbar. Di industri musik misalnya, ia mencontohkan pemusik bisa berinvestasi lewat hak cipta lagu.

“Musik bisa di capitalized bukan cuma dari label, tapi juga hak cipta. Hak cipta diperkuat jadi cara bagus untuk pemusik hidup long lasting dari karya-karyanya dia,” ujar Aidil di webinar bertajuk ‘Menciptakan Ladang Investasi dari Industri Kreatif’ yang digelar Kencomm, Kamis (26/8/2021).

Sayangnya untuk bidang musik Aidil mengatakan kalau Indonesia masih terhalang regulasi soal hak cipta dan yang berkaitan dengan itu sehingga belum bisa semaju negara lain.

“Jadi dibutuhkan suatu ekosistem. Tapi kalau belum ada supporting ekosistem yaudah pake yang ada aja. Jangan stop sampai disitu,” lanjutnya. 

Selain musik, Aidil Akbar juga mencontohkan berinvestasi di bidang foto.

“Foto misalnya. Kalau bagus jangan cuma upload di Instagram, tapi buka akun di Shuttershock. Platform itu mengkurasi foto-foto,dan dijual. Jadi nggak harus fotografer profesional, kalian upload di situ bisa jadi duit,” jelas Aidil lagi. 

Disampaikan Aidil, finansial bisa dikawinkan dengan industri apapun, termasuk industri kreatif. Oleh sebab itu, industri kreatif bisa jadi investasi. 
 
“Banyak industri kreatif yang bisa kita bentuk jadi investasi,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/industri-kreatif-ternyata-bisa-jadi-ladang-investasi-loh-U40763

Tantangan Besar Pelaku UMKM: Tentukan Segmentasi dan Target Bisnis

By | Ila Abdulrahman, Wisnu Surendra | No Comments

Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Nasional, Kencomm menggelar webinar dengan tema “Pentingnya Segmentasi & Targeting pada Produk UMKM dan Cara Efektif dalam Mengelola Keuangan Bisnis” yang digelar Kamis, 12 Agustus 2021 secara virtual.

Pembicara yang hadir merupakan senior marketer sekaligus pengusaha, Wisnu Surendra dan senior financial planner, Ila Abdulrahman. Keduanya membagikan tips kepada para pelaku UMKM berdasarkan pengalaman masing-masing.

Wisnu memaparkan kondisi UMKM saat ini, dengan rincian sebanyak 85% berada di level mikro, 86% menggunakan modal sendiri, 76% memasarkan produk secara lokal, 70% merupakan produksi rumahan, 61% bergerak di sektor non e-commerce, baru 2% yang berbadan usaha, dan sekitar 3% yang membuat pembukuan keuangan.

“Tantangan paling mendasar yang harus diselesaikan pelaku UMKM adalah menentukan segmentasi dan targeting bisnis,” ujar Wisnu.

Segmentasi harus sesuai dengan produk yang dijual untuk memaksimalkan omzet. Terdapat tiga unsur segmentasi yang harus ditentukan, meliputi demografis, geografis, dan psikografis.

Sedangkan dalam targeting perlu dijabarkan secara detail. Seperti menargetkan konsumen lokal atau regional, memanfaatkan digital atau konvensional, kategori umum atau spesifik, dan untuk dipakai individu atau kelompok.

“Paling pertama kita harus percaya diri dalam membidik konsumen, kedua memperluas jangkauan, dan ketiga yang paling penting yaitu go digital,” pesan Wisnu untuk pelaku UMKM.

Menyambung pemaparan Wisnu, Ila melengkapi dengan menjelaskan pentingnya mengelola keuangan bisnis.

“Jika pengelolaan keuangannya yang buruk, omzet bisnis bisa masuk ke pemasukan pribadi. Hal ini yang membuat bisnis tidak bertahan lama,” terang Ila.

Menurut Ila, tips mengelola keuangan bisnis meliputi pemisahan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis, membuat pembukuan keuangan, memperhitungkan risiko dalam usaha, dan menyiapkan dana pengembangan. 

“Untuk tips menjaga keuangan bisnis itu pisahkan keuangan bisnis dan pribadi, harus dipahami omzet bukan uangmu, miliki dana darurat dan investasi, serta hindari modal dari berhutang,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/tantangan-besar-pelaku-umkm-tentukan-segmentasi-dan-target-bisnis-U39507

Cinta Bukan Segalanya: Kiat Hindari Fantasi Pernikahan Disney

By | Bareyn Mochaddin, Lex dePraxis | No Comments

Sebelum menikah, pasangan harus mempertimbangkan kesiapan finansial, emosional, dan mental agar tidak terjebak dalam ‘fantasi’ pernikahan ala Disney.

Influencer ‘pernikahan’ sering mempromosikan hidup setelah menikah di usia muda adalah surga untuk berdua. Status suami dan istri menjadi cap absolut untuk hidup bahagia selamanya, seperti yang ditawarkan kisah-kisah romantis Disney. Namun, realitas pernikahan tidak semudah hidup 24/7 dalam bulan madu karena ada isu finansial hingga kerja keras agar kehidupan rumah tangga terus berjalan. 

Lex dePraxis, pendiri Kelas Cinta untuk konsultasi hubungan mengatakan, pasangan tidak perlu terburu-buru menikah. Selain itu, agar seseorang tidak terjebak dalam ‘fantasi’ pernikahan tersebut, maka harus mempertimbangkan kesiapan emosional sebelum menikah dari semua pihak. 

“Sebelum menikah gunakan waktu untuk mengenal pasangan. Umumnya karena cepat ingin menikah dan tidak terlalu mengenal pasangan akan bercerai. Siklus yang sama akan berulang jika landasannya hanya ingin cepat menikah,” ujar Lex dalam diskusi daring “Nikah Dulu atau Mapan Dulu” yang dilaksanakan perusahaan manajemen profesional speakers, Kencomm Indonesia (7/8).

Ia mengatakan, masa pacaran adalah waktu yang tepat menentukan prioritas atau tujuan setelah hidup bersama. Selain itu, untuk memikirkan apa saja konsekuensi menikah terburu-buru

Jangan sampai memutuskan menikah dengan sembarang orang hanya karena ingin menikah saja. Jika seseorang merasa belum nyaman atau meragukan bisa masuk ke tahap selanjutnya bersama pasangan, baiknya untuk tidak menikah walaupun telah bersama bertahun-tahun, ujarnya. 

“Orang yang tinggal serumah bisa banyak pertengkaran karena melihat keburukan dan kejelekannya apa. Ini yang perlu dipahami sebelum menikah. Coba kenali sifat buruk pasangan. Kedua, kenali sisi buruk diri sendiri agar bisa kuat dengan pasangan,” kata Lex. 

Selain itu, ia menambahkan, pasangan harus memikirkan dengan matang apakah hal-hal yang ingin dicapainya, seperti lanjut bersekolah bisa dikejar setelah menikah. Pertimbangan tersebut menjadi satu hal yang penting karena hidup rumah tangga menawarkan tantangan baru dan menguras energi, mental, dan sisi emosional. 

“Kalau terburu-buru tanpa manajemen emosi dan persiapan matang, biasanya tidak happily ever after. Menikah itu berisiko,banyak juga yang tidak berakhir bahagia. Bedakan hasrat ingin menikah dan kematangan siap menikah,” ujarnya.

Beban Finansial Milik Berdua

Bareyn Mochaddin, perencana keuangan independen mengatakan, selain kesiapan emosional antarpasangan, sisi finansial menjadi satu aspek yang tidak boleh luput ketika mempertimbangkan pernikahan. Seseorang dapat dikatakan siap menikah jika telah mandiri secara finansial atau secara ekonomi tidak lagi bergantung kepada orang lain. Selain itu, mampu membiayai dirinya sendiri. 

Ia menambahkan, hal lain yang harus dipertimbangkan sebelum masuk ke jenjang pernikahan adalah kemampuan seseorang mengelola keuangan. Aspek seperti apakah pengeluaran lebih kecil daripada penghasilannya atau adakah uang yang disisihkan untuk ditabung menjadi krusial. Jika belum memenuhi syarat tersebut, ide untuk menikah sebaiknya ditunda saja. 

“Orang yang siap menikah juga harus cakap mengelola emosi finansial. Dia tahu mana yang menjadi prioritas, mampu bersabar untuk tidak mengutang dan bersabar jika belum memiliki uang (jika ingin membeli sesuatu,” ujar Bareyn. 

Bareyn menekankan, pasangan harus saling memastikan keduanya siap secara finansial dan harus transparan soal isu keuangan. Jangan sampai ketika sudah menikah salah satu dari pasangan baru terbuka tentang utang yang dimilikinya. Hal itu akan menimbulkan masalah besar dalam sebuah relasi.

“Harus terbuka, apakah ada tagihan kartu kredit, utangnya besar atau kecil. Selain itu, bagaimana dengan cash flow apakah berimbang dan apakah pasangan memiliki tanggungan (keluarga yang dibiayai) karena tidak sedikit pasangan yang kecewa saat tahu pasangan menyokong orang lain,” jelasnya. 

Ketika kedua pasangan telah transparan tentang situasi finansial, kata Bareyn, penganggaran untuk biaya pernikahan juga harus jelas. Banyak pasangan yang ingin memiliki pernikahan mewah karena hari istimewa, tapi dari segi finansial kantong mereka tidak mencukupi. Untuk menyelesaikan masalah itu, pasangan harus siap melakukan pengorbanan agar saat membangun rumah tangga masih memiliki dana simpanan. 

“Misalnya memotong baya dekorasi bunga, tidak perlu membuat baju bride’s maid, tidak ada foto pre-wedding. Jangan mengandalkan angpao hadiah pernikahan karena biasanya tidak setimpal dengan pengeluaran,” ujarnya. 

Upaya untuk berhemat dan memiliki dana simpanan menjadi krusial ketika pasangan menikah ingin memiliki anak. Biaya pengeluaran untuk bayi hingga sekolah anak tidak kecil. Karenanya, penganggaran sejak dini juga dibutuhkan, tandasnya. 

“Harus mempertimbangkan biaya anak yang terus bertambah. Selain itu, beban finansial juga bisa dibagi dua jika pendapatan lebih dari satu. Misalnya, laki-laki yang membayar tagihan listrik, sementara perempuan mengeluarkan untuk hiburan, seperti makan di luar, Netflix, dan sebagainya,” kata Bareyn.  

Resep Langgeng, Perbaiki Kesalahan untuk Pasangan

Lex mengatakan, agar hubungan bisa langgeng atau membangun rasa percaya, pasangan harus siap memperbaiki kesalahan yang dilakukan dan membalasnya dengan aksi positif. Misalnya, pasangan melupakan janji temu atau terlambat, maka harus meminta maaf dan melakukan hal-hal yang menyenangkan hati, seperti bercanda, membuka diri, dan makan bersama. 

Hal seperti itu juga dapat dilakukan setelah menikah. Tetapi butuh usaha yang lebih keras dan niat untuk menyiapkan waktu karena hidup setelah menikah dapat bicara 20 menit menjadi hal langka. Terlebih lagi jika sudah memiliki anak, durasi waktu untuk bersama semakin menipis. Maka dari itu, menyisihkan waktu dan bersama-sama melakukan hal positif sebagai hadiah untuk satu sama lain harus diusahakan, ujarnya. 

“Laki-laki dan perempuan sama-sama berupaya untuk berkembang menjadi yang baik. Belajar bersama tentang komunikasi, tanggung jawab, keterampilan, dan pemberdayaan. Bisa coba juga dengan masa evaluasi, jika enam bulan pertama masih belum ada perubahan, putuskan saja,” jelas Lex. 

Ia menambahkan, situasi tentu jauh berbeda jika kesalahan yang dilakukan pasangan adalah kekerasan fisik, psikis, maupun verbal. Kekerasan tidak dapat diperbaiki atau ditebus dengan melakukan hal positif kepada pasangan. 

“Untuk situasi seperti itu pasangan yang harus berubah. Misalnya, dia dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk karena teman atau lingkungannya. Dia harus memiliki niat untuk berubah dan meninggalkan lingkungan karena kesalahannya tidak bisa selesai hanya dengan ditebus minta maaf,” ujarnya. 

Artikel ini telah tayang di magdalene.co, 6 Agustus 2021

https://magdalene.co/story/cinta-bukan-segalanya-sebuah-kiat-hindari-fantasi-pernikahan-disney

Apa Saja Persiapan Finansial Sebelum Menikah? Ini Kata Pakar!

By | Bareyn Mochaddin | No Comments

Untuk mewujudkan keinginan dan mimpi menikah, selain mental, Anda dan pasangan juga perlu memiliki kesiapan finansial. Apa saja sih tanda Anda sudah siap secara finansial untuk menikah dan seperti apa sih level mapan yang dianggap ideal untuk menikah? Yuk kita bahas!

Dalam sebuah webinar bertajuk, “Nikah Dulu atau Mapan Dulu”, Bareyn Mochaddin seorang Senior Financial Planner mengatakan bahwa, “Mapan memang bukan jaminan, tetapi abai persiapan keuangan, kemungkinan besar bikin rumah tangga berantakan.” Jadi sebaiknya menikah setelah siap secara mental dan finansial.

Bareyn memaparkan 3 indikasi finansial bahwa Anda dan pasangan siap menikah, apa saja?

1.       Mandiri Secara Finansial

Apakah Anda dan pasangan sudah bisa membiayai hidup sendiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain (apakah itu orang tua atau saudara kandung)

2.       Mampu Mengelola Uang

Apakah Kamu bisa mengelola uang dengan baik? Apakah pengeluaran Anda lebih kecil daripada pendapatan? Bisakah Anda menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung?

3.       Cakap Mengelola Emosi Finansial

Bisakah Anda menentukan prioritas keuangan? Apakah Anda bisa menahan diri untuk tidak memaksakan pengeluaran atas dasar keinginan semata, dan mencegah berutang bila pengeluaran tersebut tidak mendesak?

Lalu bagaimana dengan ukuran kemapaman sebelum menikah? Ini ukuran kemapanan ideal menurut Bareyn.

“Mapan buat masing-masing orang tentu berbeda-beda. Anda harus tahu ada 5 level keuangan yang bisa jadi indikasi kondisi keuangan yaitu; Kurang, Pas, Cukup, Berlebih, Sultan. Untuk menikah minimal Anda ada di level cukup.”

Tanda Anda berada di level keuangan cukup:

  • Punya penghasilan
  • Mampu memenuhi (belanja) kebutuhan dasar
  • Bisa berinvestasi/menabung
  • Bisa berbagi (zakat/sedekah)
  • Bisa membayar cicilan (bila ada)
  • Ada dana untuk hiburan

Bila keenam hal di atas terpenuhi, berarti Anda ada di level cukup, level selanjutnya adalah Berlebih dan Sultan, di mana Anda memiliki:

  • Sisa uang setelah pemenuhan kebutuhan nomor 1-6
  • Memiliki aset

Bagaimana bisa tahu apakah pasangan mapan secara finansial?

“Anda harus terbuka satu sama lain sebelum menikah, termasuk urusan finansial. Apakah ada aset, utang, bagaimana kondisi cash flow, tanggungan yang dimiliki? Anda dan pasangan harus tahu kondisi keuangan masing-masing agar bisa mencapai kondisi keuangan di masa depan besama; apakah itu kehamilan, punya anak, membeli rumah, biaya sekolah anak. Tentu ini juga harus dibicarakan,” terang Bareyn.

Bareyn menegaskan agar Anda kenal dan tahu kondisi keuangan pasangan sebenarnya sebelum menikah, “apakah yang diperlihatkannya sesuai dengan kenyataan?”

Terakhir, jangan hanya fokus pada hari pernikahan, pesta/resepsi mewah satu hari saja, karena setelah menikah, ada berbagai kebutuhan yang juga butuh biaya. Jangan sampai berutang demi pesta mewah!

Artikel ini telah tayang di Womantalk.com, 8 Agustus 2021

https://womantalk.com/love/articles/apa-saja-persiapan-finansial-sebelum-menikah-ini-kata-pakar-ymgwz?utm_campaign=content_distribution%26utm_medium%3Dkurio%26utm_sourc

Nikah Dulu Atau Mapan Dulu, Ini Saran Pakar Hubungan!

By | Lex dePraxis | No Comments

Banyak orang punya rencana menikah, tetapi apakah Anda sudah siap? Selain punya calon dan niat, kesiapan adalah pertanyaan selanjutnya yang harus Anda tanyakan kepada diri sendiri dan pasangan saat akan menikah. Jadi, nikah dulu atau mapan dulu nih baiknya? Ini saran pakar!

Dalam sebuah webinar, Lex dePraxis, seorang relationship coach menganjurkan agar Anda punya persiapan matang sebelum menikah. Selain persiapan finansial sebelum menikah, pastikan Anda dan pasangan mapan secara emosional, punya keberdayaan diri, dan sama-sama punya kematangan. “Rumah tangga itu bukan tempat istirahat, tetapi ‘pekerjaan seumur hidup’, Anda berdua harus bekerja keras untuk bisa menjalani dan menjaga kelanggengan rumah tangga.” Maka sebelum menikah, coba lakukan 3 persiapan ini.

1.       Tentukan Prioritas

Anda harus jujur dan bertanya pada diri sendiri dan pasangan, ingin menikah atau siap menikah? Jangan menikah hanya karena keinginan tanpa kesiapan. Apa yang ingin Anda capai dalam hidup dan apa yang tujuan yang ingin Anda capai dalam suatu hubungan, carilah pasangan yang kompatibel yang punya prioritas, nilai, dan tujuan yang sama.

2.       Sama-sama berkembang jadi baik sebelum berkembang biak

“Anda dan pasangan harus sama-sama berkembang baik sebelum berkembang biak,” kata Coach Lex sambil tertawa. Berkembang baik di bidang apa?

  • Punya tanggung jawab

karena menikah adalah tanggung jawab bersama, Anda dan pasangan harus bisa bertanggung jawab atas diri sendiri dan siap bertanggung jawab akan keluarga yang akan dibina.

  • Punya pekerjaan

Ini bukan yang utama, tetapi salah satu atau Anda berdua juga perlu memiliki pekerjaan. Realtistis saja, pernikahan dan berumah tangga kan butuh biaya, bila Anda dan calon suami tidak punya pekerjaan, tidak punya pendapatan tetap, bagaimana bisa menghidupi kehidupan pernikahan nanti? Biaya untuk Anda berdua dan biaya bila ingin punya anak nanti, sudah harus dipikirkan sdan direncanakan ejak awal.

  • Punya kesiapan mental

Apakah Anda dan pasangan sudah sama-sama siap secara mental? Sudah sama-sama dewasa dalam sikap dan pemikiran untuk menikah, bukan hanya lewat perkataan atau janji-janji, tetapi lewat perbuatan dan tindakan nyata.

3.       Berlakukan masa evaluasi

Anda dan pasangan harus kenal satu sama lain, maka tentu ini butuh proses dan waktu. Kenali buruk-buruknya diri sendiri dan kenali buruk-buruknya pasangan, kemudian bisakah Anda berdua mengatasi dan menerima masing-masing, sisi baik maupun buruknya?

“Coba jalani masa pacaran, lihat dan masuk masa evaluasi selama 6-12 bulan, apakah Anda berdua bisa berkembang jadi lebih baik bersama? Bila tidak, lebih baik putuskan hubungan, lakukan cut loss, daripada diteruskan dan Anda terjebak ‘investasi bodong’ yang merugikan kedua belah pihak.” terang coach Lex.

Artikel ini telah tayang di womantalk.com, 6 Agustus 2021

https://womantalk.com/love/articles/nikah-dulu-atau-mapan-dulu-ini-saran-pakar-hubungan-xqvRQ

Kamu Tim Nikah Dulu atau Mapan Dulu? Cek Masukan dari Konsultan Berikut, Yuk

By | Lex dePraxis | No Comments

Jakarta – 

Jadi, kamu yang mana nih, Beauties? Nikah dulu, karena menganggap mapan pun akan mengikuti atau tim yang merasa perlu mapan dulu baru berani untuk nikah?

Apapun pilihanmu itu, tentu berdasarkan pada pertimbangan masing-masing, ya. Namun mana, sih yang lebih baik?

“Dua-duanya, baik-baik saja, tetapi masing-masing dari pilihan itu ada konsekuensinya. Jadi teman-teman sebaiknya pikirkan dulu, nih, tujuan menikah itu seperti apa dan kebayangnya nikah tuh ngapain aja?,” ujar Relationship Coach Lex dePraxis, dalam webinar series: Transformation Week. Yes, You Can Change Your Life!, yang diadakan Kencomm Indonesia, Kamis (6/8).

Ia menambahkan, karena kebanyakan nikah itu digambarkannya hidup yang happily ever after di film. Tetapi realitanya nggak melulu demikian. Bahkan nggak jarang setelah menikah, malah banyak keluarga yang justru tidak berkecukupan alias jauh dari kata sejahtera.

Selain itu, kebanyakan orang berpikir: nanti setelah menikah, gampanglah ya mencari uang.. Terkait ini, Lex dePraxis mengungkap, memang bisa, dengan catatan pasangan tersebut benar-benar pintar mengelola waktu, emosi, keuangan, juga pembagian tugas di rumah.

Dengan begitu harapan untuk punya bisnis sendiri, sekolah lagi, maupun melipatgandakan uang bisa saja terjadi. Untuk itu, menurutnya, sah-sah saja bila seseorang ingin menikah dulu sebelum mapan. Terlebih yang perlu kamu ketahui, Beauties, definisi mapan pun bisa berbeda pada tiap orang.

“Ada orang yang bilang mapan itu kalau sudah pekerjaan. Ada yang bilang mapan kala sudah punya rumah sendiri, lalu sudah punya dana pensiun, dan sebagainya. Jadi, ukuran mapan memang bisa berbeda. Namun yang terpenting adalah: yang mana yang kita mau pegang? Jangan sampai, ‘saya nggak tahu saya mapan atau enggak, saya kan nggak pernah menghitung.. yang penting saya nikah aja, dulu.’ Nah, itu yang berisiko,” jelasnya.

Ini lebih karena tekanan ingin buru-buru menikah dan berpikir nanti setelah menikah, uang akan mengikuti. Lagi-lagi kembali ke atas Beauties, bagi beberapa orang hal ini bisa. Atau juga ada faktor dari keluarga yang berkecukupan.

“Tapi bagi yang datang dari keluarga yang biasa-biasa saja, atau hanya satu orang yang bekerja kantoran, nah ini bisa sangat menantang dan menurut penelitian, hal ini tak jarang menuju ke arah perceraian,” katanya.

Bedakan Antara Ingin Nikah dan Siap Nikah

Menurut Lex ada perbedaan antara ingin nikah atau siap nikah, Beauties. Siap nikah itu sendiri berarti soal kematangan diri sendiri dan pasangan. Di antaranya bila kamu berdua berdaya seperti sudah bekerja sehingga berpenghasilan.

Lalu juga kondisi dirimu dan pasangan secara emosional. Apakah kalian sudah saling menghormati dan menghargai? Sebagai bahan renungan: bila saat pacaran kalian sudah sering terlibat dalam kekerasan, tak menutup kemungkinan hal itu masih akan berlanjut setelah menikah nanti.

Artikel ini telah tayang di beautynesia.com, 7 Agustus 2021

https://www.beautynesia.id/berita-others/kamu-tim-nikah-dulu-atau-mapan-dulu-cek-masukan-dari-konsultan-berikut-yuk/b-235388

Mantan Pacar Tagih Balikin Barang Pas Putus, Emang Bisa?

By | Bareyn Mochaddin | No Comments

Jakarta – Urbanreaders, sering nggak sih kalian baca thread viral soal mantan yang minta balikin barangnya lagi pas udah putus?

Kalau dari cerita-cerita viral itu, banyak yang mengaku pas masih pacaran dibelikan banyak barang, seperti tas atau ponsel. Pas putus, si mantan minta dibalikin lagi barang dan uang yang sudah ia keluarkan selama pacaran. 

Nah, bisa nggak sih mantan pacar menuntut apa yang udah mereka keluarkan selama pacaran?

Perencana keuangan Bareyn Mochaddin pun memberikan tanggapannya terkait kasus semacam itu.

“Ketika pacaran belum ada apa-apa, belum ada status hukum. Sehingga ketika bertindak sesuatu dan itu berdampak pada diri maka tidak bisa dipertanggungjawabkan. Itu termasuk hadiah yang diberikan saat pacaran, tidak bisa diminta balik,” ujar Bareyn dalam IG Live URwealth sore ini (31/3/2021). 

Itu kalau barang yang diminta balik masih barang ‘kecil’ ya seperti tas. Tapi bagaimana kalau barang yang diberikan barang mewah seperti mobil, rumah, bahkan tanah?

Kalau yang diberikan barang mewah, Bayern menyebut itu bisa diminta balik. 

“Apa yang sudah kita berikan pada orang lain itu sebenarnya tidak bisa ditarik kembali. Cuma ada hal-hal yang mungkin bisa ditarik kembali, misalnya dikasih tanah. Nah, tanah itu belum dibalik nama atau tidak ada akta hibahnya, nah itu bisa ditarik kembali,” jelas Bareyn.

Bareyn pun juga mengingatkan kalau pihak yang diberi barang mewah jangan asal menerima, minta kejelasan dulu asal barang itu dari mana.

“Sangat-sangat harus tahu dari mana uangnya. Harus dipastikan juga uangnya bukan dari korupsi supaya kita nggak keseret nantinya. Jadi harus dipastikan dari mana ya, apalagi kalau barangnya mahal,” tutup Bareyn. 

Artikel ini telah tayang di www.urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/mantan-pacar-tagih-balikin-barang-pas-putus-emang-bisa-U28566

Tips Menghindari Rugi Keuangan saat Pacaran

By | Bareyn Mochaddin | No Comments

Jakarta – Masa pacaran jadi masa-masa yang indah, apalagi buat yang baru jadian.

Pacar, umumnya pihak laki-laki, pastinya ingin memanjakan kekasihnya. Dan itu dilakukan dengan beragam bentuk, seperti memberi berbagai hadiah atau membelanjakan kekasihnya.

Namun setelah berjalan lama, dan akhirnya putus, si pihak yang ‘memberi’ ini seringkali merasa dirinya dirugikan. Karena sudah memberi banyak, tapi akhirnya tetap putus.

Dan dari situ, akhirnya banyak kasus mantan pasangan yang meminta dikembalikan barang dan uang yang sudah dikeluarkan selama pacaran.

Nah, melihat fenomena itu perencana keuangan Bareyn Mochaddin pun memberikan tanggapannya.

“Ketika pacaran belum ada apa-apa, belum ada status hukum, jadi tanggung jawab itu tidak ada. Sehingga kemudian ketika bertindak sesuatu dan itu berdampak pada diri maka tidak bisa dipertanggungjawabkan. Itu termasuk hadiah yang diberikan saat pacaran, tidak bisa diminta balik,” ujar Bareyn dalam IG Live URwealth sore ini (31/3/2021). 

Dipaparkannya, hubungan itu merupakan sebuah investasi. Jadi bisa tumbuh dan berkembang, tapi di satu sisi ada juga risikonya, yakni putus dan patah hati. Dan itu termasuk pengeluaran selama pacaran.

Untuk menghindari diri merasa dirugikan saat pacaran, Bareyn memberikan tips nih bagi pasangan.

Menurutnya ada dua hal yang perlu diingat agar tidak merasa rugi saat pacaran. Pertama adalah apa tujuan berpacarannya.

“Satu tujuan pacarannya buat apa diperjelas, apakah hanya senang-senang atau ada tujuan akhirnya. Jadi tujuannya yang harus diperjelas,” jelas perencana keuangan tersebut.

“Kalau tujuannya menikah ada fase kehidupan setelah pernikahan yang mana butuh biaya, sehingga saat pacaran tidak menghambur-hamburkan uang. Kalau pacarannya hanya untuk senang-senang, ya keluar uangnya juga hanya untuk senang-senang,” lanjutnya lagi.

Poin kedua yang penting menurut Bareyn adalah kejujuran, terutama pada diri sendiri.

“Kedua kejujuran pada diri sendiri karena itu yang paling sulit sebenarnya. Jangan karena ingin impress orang yang kita incar, kita akan mengerahkan segala daya dan upaya yang kemudian menimbulkan kerugian pada kita,” jelas Bareyn lagi. 

Perencana keuangan tersebut mengungkap kalau pasangan harus berani mengatakan dengan jujur kemampuan keuangannya seperti apa dari awal sehingga tidak menimbulkan kekecewaan belakangan. 

Dengan jujur sejak awal, maka pasangan tidak akan berekspektasi terlalu tinggi. 

Artikel ini telah tayang di www.urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/tips-menghindari-rugi-keuangan-saat-pacaran-U28564

Bisnis Bareng Pacar? Ini yang Perlu Kamu Perhatikan

By | Bareyn Mochaddin | No Comments

Jakarta – Belakangan ini tidak sedikit pasangan yang mendirikan bisnis bareng.

Namun saat putus, ini bisa jadi permasalahan. Pasalnya tak jarang keduanya jadi saling klaim bisnis tersebut.

Perencana keuangan Bareyn Mochaddin pun memaparkan hal yang harus diperhatikan saat membangun bisnis bersama pacar. Menurutnya yang utama adalah bagaimana memosisikan diri.

“Yang paling sulit adalah memosisikan diri, kapan sebagai pasangan kapan sebagai partner bisnis. Itu yang jadi PR utama,” jelas Bareyn dalam IG Live URwealth sore ini (31/3/2021). 

Pasalnya perselisihan dalam hubungan asmara bisa berdampak juga pada bisnis bersama.

Maka dari itu, Bareyn menekankan yang paling awal wajib disampaikan pada pasangan saat ingin menjalani bisnis bersama adalah bagaimana harus memosisikan diri. 

Selain soal memosisikan diri, Bareyn juga menyatakan pasangan yang berbisnis harus memperhatikan soal keuangannya, pencatatannya, pemegang keputusan, pembukuannya, dan lain sebagainya.

“Jadi ada dua hal saat bisnis bareng pasangan, bukan hanya tentang keuangan tapi juga tentang berbagi perannya,” sambungnya lagi. 

Bareyn pun memberikan saran bagi pasangan yang ingin berbisnis bersama. Menurutnya, kuncinya adalah pada pencatatan.

“Ketika mau bisnis bareng pacar bikin pencatatan awalnya. Pihak laki-laki misalnya menaruh dana Rp 10 juta, pasangannya hanya kasih ide atau sama-sama menaruh 10 juta. Itu dicatat aja. Kemudian dibikin hitam dan putihnya karena pacaran itu kan tidak menimbulkan dampak hukum sama sekali. Berbeda dengan halnya suami istri,” jelas Bareyn.

“Jadi pencatatan itu menjadi hal yang sangat penting,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di www.urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/bisnis-bareng-pacar-ini-yang-perlu-kamu-perhatikan-U28568

3 Alasan Kenapa Hobi Kamu Jadi Mahal!

By | Annissa Sagita | No Comments

Jakarta – Urbanreaders, hobi kalian apa nih? Apa melukis, merajut, memancing, atau apa nih?

Hobi sering terpinggirkan karena hanya dilakukan kalau kita ingin saja dan biasanya tidak memerlukan biaya. Tapi siapa sangka, hobi ternyata juga bikin pengeluaran boros loh. Kok bisa sih?

Financial Planner, Annissa Sagita, menyebut ada tiga hal yang bikin hobi jadi mahal.

1. Peralatan Khusus

Hobi bikin mahal karena hobi tersebut membutuhkan peralatan khusus, misalnya fotografi atau memancing. 

“Pertama dia perlu peralatan khusus. Misalnya fotografi, butuh kamera juga lensa, dan itu harganya relatif lebih besar biayanya dibanding yang lain,” kata Annissa dalam webinar bertema ‘Lancar Ngebiayain Hobi dan Finansial Tetap Sehat’, yang digelar Kencomm Indonesia, Sabtu (8/5/2021).

1620480579-kencomm.jpg

Sumber: Financial Planner, Annissa Sagita, di webinar bertema ‘Lancar Ngebiayain Hobi dan Finansial Tetap Sehat’, yang digelar Kencomm Indonesia, Sabtu (8/5/2021).

2. Komunitas

Dikatakan Annisa, bergabung dengan sebuah komunitas rupanya membuat pengeluaran jadi lebih besar. Pasalnya kita ketemu orang sama-sama yang suka.

“Lari misalnya. Kalau kita nggak gabung komunitas, kita lari ya lari aja dengan sepatu yang ada selama nyaman. Tapi begitu gabung, kita jadi tahu banyak jenis sepatu, belum perlu jam tangan pintar untuk mengukur jarak tempuh sampai detak jantung,” pungkas Annisa.

3. Tidak Ada Prioritas

Faktor terakhir hobi bisa jadi mahal dikatakan Annissa karena kita tidak merencanakan keuangan dengan benar.

“Sebelumnya mungkin uang kita cukup untuk menjalankan hobi seperlunya. Tapi karena pengaruh-pengaruh lain terus kita tidak bisa mengontrol diri, mengontrol prioritas jadinya boncos,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di www.urbanasia.com

https://www.urbanasia.com/3-alasan-kenapa-hobi-kamu-jadi-mahal-U31792