Dah lama ngak nge blog, mari kita blogging lagiiiii. Anda yang baca ini boleh setuju boleh tidak setuju dengan statement tersebut diatas. Kalo ngak setuju mendingan ngak usah dibaca terus blognya kan. Well, kenyataan adalah Pemerintah memberikan “Kado Tahun Baru” dengan cara membuat bensiun premium menjadi Rp. 7600. Berita perubahan harga ini memang tertutup dengan berita duka kecelakaan pesawat udara sehingga tidak menjadi perhatian utama oleh masyarakat, karena focus masih kepada pencarian dan penyelamatan korban.
Saya dengar banyak orang bergembira bahwa katanya “bensin turun” weits nanti duluu… jangan seneng duluuuu… Mari kita luruskan dulu hal ini. Harap diingat bahwa BBM alias Bensin Premium harganya menjadi Rp. 7600 itu bukan turun. BBM tetap naik, yes betul BBM tetap naik dari harga semula yang Rp. 6500. Tapi kalau sebelumnya kenaikan mencapai lebih dari 30%, maka kenaikan bensin sekarang menjadi “hanya” hampir 17% saja. Ngerti? Masih mau bilang BBM turun?
Tapi, kalau dilihat dipasar, apakah kemudian harga-harga barang khususnya kebutuhan pokok yang “terlanjur” naik ikutan turun? Harga-harga yang terlanjur naik tersebut (berapapun kenaikannya) mengikuti patokan kenaikan bensin yang 30% tersebut, apakah kemudian akan ikutan turun menjadi hanya setengahnya saja? Menarik dan mari kita amati bersama, meskipun kita semua tau berkaca dari pengalaman, jarang sekali harga yang sudah naik kemudian jadi turun.
Kenaikan tersebut baru dihitung dari kenaikan BBM saja. Belum lagi menghitung dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), maupun kenaikan Gas LPG, untuk 2 ini agak aneh kok ngak dirame-ramein seperti kenaikan BBM kemarin ya?? Tumben diem-diem adem anyem, apa takut rakyat tereak?. Nah, kalo ditotal semua, bisa dibayangkan berapa besar dan berat beban hidup yang harus kita tanggung di tahun 2015 ini.
Coba dihitung deh, LPG tabung 12 kg naik sekitar 17% juga. Sementara TDL alias tariff listrik yang naik dan ikutan berubah naik turun setiap bulan disesuaikan dengan beberapa hal yaitu: Kurs Rupiah, Harga Minyak dan Inflasi Indonesia. Artinya dengan kata lain, ditahun 2015 ini, apabila harga minyak dunia naik lagi, maka BBM pun akan ikut naik lagi, dan TDL bisa jadi ikutan naik, sehingga unsur ketidak pastian dalam pengelolaan keuangan keluarga menjadi tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS), baru saja merilis data per tanggal 2 January 2015 kemarin, bahwa inflasi Indonesia sampai bulan Desember total inflasi tahun kalender 2014 adalah sebesar 8.36%. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa komponen dari perhitungan total inflasi, yang membentuk angka 8.36% ini tidak hanya konsumsi makanan dan transportasi saja, tapi juga dibagi dengan inflasi kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang secara persentase lebih rendah, belum lagi pembobotannya (belum ketemu metode perhitungannya sampai saat ini) . Hal ini mengakibatkan angka inflasi yang “hanya” 8.36% ini terlihat kecil dan tidak masuk akal dibandingkan kenaikan rata-rata harga kebutuhan pokok di lapangan, misalnya di pasar induk.
Kalau tidak percaya silahkan anda belanja sendiri ke pasar dan lakukan perhitungan dari bujet belanja anda setiap bulan. Lakukan perbandingan antara belanja sebelum-sebelumnya dengan belanja bulan ini dan bulan depan. Apabila anda perhatikan struk belanja bulanan anda, antara bulan September 2014 sampai dengan bulan January 2015 anda akan melihat kenaikan yang cukup significant. Belum lagi kedepannya.
Bagi masyarakat kelas menengah keatas mungkin biaya hidup tidak berubah secara significan. Tapi bagi masyarakat menengah kebawah, hal ini bisa jadi pertarungan antara hidup dan mati. Kalau katanya ada 30% penduduk kelas menengah dan 10% kelas menengah dan atas dari 245 juta penduduk Indonesia. Artinya ada sekitar 60% dari 245 juta penduduk Indonesia, atau sekitar 147 juta jiwa yang akan menjerit karena kondisi ini.
So? Selamat ikat pinggang bersama di 2015, semoga lekas berlalu.